Seoul | EGINDO.co – Lebih dari 800.000 pemuda Korea Utara telah secara sukarela bergabung dengan militer untuk melawan “imperialis AS”, kata media pemerintah pada hari Sabtu (18/3), beberapa hari setelah Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang paling kuat.
Setelah tahun yang penuh dengan uji coba senjata dan meningkatnya ancaman nuklir dari Pyongyang, Seoul dan Washington telah meningkatkan kerja sama keamanan, dan minggu ini memulai latihan militer gabungan terbesar mereka dalam lima tahun terakhir.
Korea Utara memandang semua latihan tersebut sebagai latihan untuk invasi dan telah berulang kali memperingatkan bahwa mereka akan mengambil tindakan “luar biasa” sebagai tanggapan.
Kantor Berita Pusat Korea menggambarkan latihan yang sedang berlangsung sebagai upaya Amerika “untuk memprovokasi perang nuklir” dan mengatakan bahwa sebagai tanggapannya, ratusan ribu orang telah mendaftarkan diri.
Para sukarelawan muda bertekad untuk “tanpa ampun memusnahkan para maniak perang” sehingga mereka bergabung dengan tentara untuk “membela negara”, kata KCNA.
“Lebih dari 800.000 pejabat liga pemuda dan mahasiswa di seluruh negeri secara sukarela bergabung dan bergabung kembali dengan Tentara Rakyat Korea” pada hari Jumat saja, tambah KCNA.
Gambar-gambar yang dirilis oleh media resmi Pyongyang, Rodong Sinmun, menunjukkan para pemuda Korea Utara sedang mengantri panjang untuk menandatangani nama mereka di sebuah tempat yang terlihat seperti lokasi konstruksi.
Laporan terbaru ini muncul setelah Pyongyang melakukan uji coba rudal terbesar dan terkuatnya, Hwasong-17, pada hari Kamis – uji coba ICBM kedua pada tahun ini.
Media pemerintah Korut menggambarkan peluncuran tersebut sebagai tanggapan atas latihan militer gabungan AS-Korea Selatan yang sedang berlangsung.
Pada hari Sabtu, KCNA mengatakan bahwa latihan yang sedang berlangsung tersebut “semakin mendekati garis merah yang tidak dapat diampuni”.
Tahun lalu, Korea Utara mendeklarasikan diri sebagai kekuatan nuklir yang “tidak dapat diubah”, dan pemimpin Kim Jong Un baru-baru ini menyerukan peningkatan “eksponensial” dalam produksi senjata, termasuk nuklir taktis.
Kim awal bulan ini juga memerintahkan militer Korea Utara untuk mengintensifkan latihan untuk mempersiapkan diri menghadapi “perang yang sesungguhnya”.
Pyongyang menggunakan latihan tersebut untuk membenarkan program senjata nuklir mereka di dalam negeri sebagai sesuatu yang “penting dan perlu”, ujar Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul, kepada AFP.
Hal ini melibatkan “penyebaran gagasan bahwa latihan militer Korea Selatan-AS pada akhirnya bertujuan untuk menghancurkan rezim Korea Utara saat ini dan bahkan menduduki ibu kotanya, Pyongyang,” tambah Yang.
Sumber : CNA/SL