12 Orang, Termasuk 3 Anak Tewas dalam Penembakan di Hostel Afrika Selatan

Penembakan massal di Afsel, 12 orang tewas
Penembakan massal di Afsel, 12 orang tewas

Johannesburg | EGINDO.co – Orang-orang bersenjata menyerbu sebuah hostel di ibu kota Afrika Selatan, Pretoria, pada Sabtu (6 Desember), menewaskan belasan orang, termasuk seorang anak berusia tiga tahun, di sebuah lokasi yang menurut polisi menjual alkohol secara ilegal.

Serangan ini merupakan yang terbaru dari serangkaian penembakan massal yang mengguncang negara berpenduduk 63 juta jiwa yang dilanda kejahatan ini, yang juga merupakan salah satu negara dengan tingkat pembunuhan tertinggi di dunia.

“Saya dapat mengonfirmasi bahwa total 25 orang tertembak,” kata juru bicara kepolisian, Athlenda Mathe.

Sepuluh orang tewas di tempat kejadian perkara di kota Saulsville, 18 kilometer (11 mil) di sebelah barat Pretoria, sementara dua orang meninggal di rumah sakit, ujarnya. Korban kedua belas meninggal dunia akibat luka-luka pada Sabtu sore.

Tiga pria bersenjata memasuki apa yang digambarkan Mathe sebagai “shebeen ilegal” di dalam hostel sekitar pukul 04.30 (02.30 GMT) dan tanpa pandang bulu menembaki sekelompok pria yang sedang minum. “Shebeen” adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan bar atau kedai minuman informal.

Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dan seorang perempuan berusia 16 tahun juga tewas dalam serangan itu.

“Insiden yang cukup disayangkan. Polisi baru diberitahu tentang insiden ini sekitar pukul 6,” kata Mathe.

Polisi mengatakan motifnya belum diketahui dan belum ada penangkapan yang dilakukan, dan perburuan sedang dilakukan terhadap para tersangka yang belum teridentifikasi.

“Kami menghadapi tantangan serius terkait tempat penjualan minuman keras ilegal dan tanpa izin ini,” kata Mathe, seraya menambahkan bahwa di sanalah sebagian besar penembakan massal terjadi.

“Orang-orang yang tidak bersalah juga terjebak dalam baku tembak,” ujarnya kepada penyiar publik SABC.

Kejahatan

Afrika Selatan, negara paling maju di benua Afrika, sedang bergulat dengan kejahatan dan korupsi yang mengakar yang didorong oleh jaringan terorganisir.

Penembakan sering terjadi dan seringkali dipicu oleh kekerasan geng dan alkohol.

Banyak orang memiliki senjata api berlisensi untuk perlindungan pribadi, tetapi ada lebih banyak senjata ilegal yang beredar meskipun undang-undang kepemilikan senjata relatif ketat.

Sekitar 63 orang tewas setiap hari antara April dan September, menurut data kepolisian, salah satu tingkat pembunuhan tertinggi di dunia.

Sebagian besar kematian bermula dari pertengkaran, dengan perampokan dan kekerasan geng juga menjadi penyebab utama jumlah korban, kata polisi bulan lalu.

Pada bulan Oktober, dua remaja tewas dan lima lainnya luka-luka dalam penembakan terkait geng di Johannesburg, ibu kota keuangan negara tersebut.

Dalam insiden lain di bulan Mei, orang-orang bersenjata membunuh delapan pelanggan di sebuah kedai minuman di kota Durban di tenggara.

Tahun lalu, 18 kerabat ditembak mati di sebuah rumah pedesaan di Provinsi Eastern Cape.

Sumber : CNA/SL

Scroll to Top